Gencatan senjata di Jalur Gaza telah disepakati untuk berlaku mulai Ahad mendatang. Namun, Gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) mengatakan bahwa semangat pemboikotan harus lebih ditingkatkan. Menurut Muhammad Syauqi Hafiz, co-founder Gerakan BDS Indonesia, boikot harus tetap dilakukan sebagai bentuk pengawalan terhadap komitmen Israel dalam menjalankan gencatan senjata. Tujuan dari boikot ini juga untuk memberikan tekanan agar para pelaku kejahatan perang di Gaza dapat dihukum.
Gerakan BDS sebenarnya sudah aktif sejak sebelum genosida terjadi. Tujuannya tidak hanya terkait dengan peristiwa terkini, tetapi juga dalam upaya untuk mengakhiri genosida yang dilakukan oleh Israel. Agnes Callamard, Sekretaris Jenderal Amnesty International, menyatakan bahwa gencatan senjata mungkin memberikan sedikit harapan bagi warga Palestina, namun terlambat. Callamard menyoroti kegagalan komunitas internasional dalam menekan Israel untuk memenuhi kewajiban hukumnya dan memastikan bantuan kemanusiaan mencapai Gaza.
Warga Palestina belum bisa merayakan kemenangan apapun karena masih belum ada jaminan atas keadilan dan reparasi atas kejahatan yang mereka alami. Callamard menegaskan perlunya mengatasi akar penyebab konflik agar masyarakat Palestina dan Israel bisa membangun masa depan yang lebih baik berdasarkan hak, kesetaraan, dan keadilan. Israel juga diharapkan untuk mengakhiri sistem apartheid yang menindas warga Palestina serta mengakhiri pendudukan ilegal di Wilayah Palestina. Semoga dengan adanya tekanan melalui boikot, divestasi, dan sanksi, situasi di Gaza dapat membaik.