Pada hari Jumat, 26 April 2024, sebuah studi yang dilakukan oleh panel pakar sektor swasta mengungkapkan bahwa lebih dari 40 persen kota di Jepang diprediksi akan mengalami penurunan jumlah penduduk perempuan muda hingga lebih dari setengahnya dalam rentang waktu 30 tahun hingga tahun 2050. Menurut laporan yang dikutip dari Kyodo News, panel strategi kependudukan memperingatkan bahwa sebanyak 744 kota di Jepang dianggap “berisiko menghilang” karena kemungkinan terjadinya penurunan drastis jumlah perempuan berusia 20-an hingga 30-an tahun, yang dianggap sebagai generasi inti yang bertanggung jawab dalam melahirkan anak.
Daerah-daerah yang masuk dalam kategori “berisiko menghilang” adalah daerah-daerah di mana pemerintah daerahnya akan menghadapi kesulitan dalam menjalankan fungsinya karena penurunan populasi. Meskipun proyeksi terbaru ini menunjukkan peningkatan dari studi sebelumnya yang dirilis pada tahun 2014, panel tersebut tetap menegaskan bahwa peningkatan jumlah penduduk asing dapat membawa perbaikan namun tren penurunan angka kelahiran tidak berubah.
Panel tersebut mendorong pemerintah daerah di 744 kotamadya dan pemerintah pusat untuk mengambil langkah-langkah guna meningkatkan angka kelahiran dan mencegah perpindahan penduduk. Proyeksi ini didasarkan pada perkiraan populasi berdasarkan wilayah yang dirilis oleh Institut Nasional Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial pada bulan Desember.