Massa membakar gerbang dan melempari Gedung DPRD Jawa Barat (Jabar) saat aksi demonstrasi di depan Gedung DPRD Jabar, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Senin (9/1/2025). Setelah diperingatkan, aparat akhirnya membubarkan paksa massa yang umumnya berpakaian hitam-hitam. Peran orang tua dinilai sangat penting dalam memberikan pemahaman kepada anak-anak tentang bahaya dan risiko yang mungkin terjadi selama aksi demonstrasi. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menekankan pentingnya edukasi ini, terutama setelah beberapa kasus tragis yang menimpa anak-anak selama demonstrasi.
Anggota KPAI, Sylvana Maria Apituley, mengimbau orang tua untuk memberikan pemahaman pada anak-anak tentang situasi unjuk rasa guna menjauhkan mereka dari potensi bahaya yang dapat mengancam keselamatan mereka. Selain orang tua, guru dan pihak sekolah juga diminta untuk memberikan edukasi yang tepat tentang demokrasi dan sosial politik kepada anak-anak. Hal ini penting agar anak-anak dapat mengembangkan pemahaman yang tepat dan merasa nyaman dalam berpendapat mengenai situasi politik terkini.
Tragisnya, dalam rangkaian aksi unjuk rasa di berbagai provinsi pekan lalu, 10 korban jiwa termasuk satu anak dilaporkan. Seorang pelajar berusia 16 tahun asal Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten dengan inisial ALF meninggal dunia setelah terlibat dalam demonstrasi di kawasan DPR/MPR RI yang berujung ricuh. Selain itu, 20 anak lainnya juga mengalami luka-luka dalam kerusuhan demonstrasi di berbagai daerah dan masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Situasi ini menegaskan pentingnya edukasi yang diberikan kepada anak-anak oleh orang tua dan sekolah agar mereka dapat memahami situasi politik dengan benar, menghindari potensi bahaya, dan merasa nyaman dalam berpendapat. Langkah-langkah ini diharapkan dapat mencegah anak-anak terlibat dalam aksi demonstrasi yang berisiko dan merugikan.