Peran Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam mendorong penanganan stunting telah menjadi fokus utama. Salah satu inovasi yang diinisiasi adalah melalui pertanian organik terintegrasi yang dimulai dari halaman rumah. Gestianus Sino dari Bidang III Bagian Ketahanan Pangan PKK Provinsi NTT menegaskan pentingnya memanfaatkan bahan makanan organik tanpa penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Pendekatan ini bertujuan untuk mendukung kesehatan masyarakat dengan konsumsi nutrisi alami. Dalam rapat koordinasi daerah PKK se-NTT, yang bertema “Kolaborasi Tim Penggerak PKK Mewujudkan NTT Sehat, Cerdas, Sejahtera, dan Berkelanjutan”, Sino juga mendorong pemanfaatan limbah dapur sebagai bahan baku berkebun di rumah. Ia juga menekankan perlunya setiap keluarga memulai sistem pertanian terintegrasi dari halaman rumah masing-masing, seperti menanam di polybag, greenhouse, atau membuat kolam lele dengan sistem bioflok.
Ketua TP PKK Provinsi NTT, Mindriyati Astiningsih, menegaskan pentingnya sinergi antara PKK kabupaten/kota dengan program pemerintah daerah dalam upaya pencegahan stunting. Rakor ini merupakan kesempatan untuk mengevaluasi program yang telah dilaksanakan dan merumuskan langkah-langkah ke depan. Gubernur NTT Melki Laka Lena juga menyatakan keyakinannya bahwa prevalensi stunting di NTT akan mengalami penurunan dari tahun ke tahun, dengan perkiraan 61.961 anak terdampak pada tahun 2024 turun dari 63.804 anak pada tahun 2023. Tujuan akhirnya adalah menciptakan lingkungan yang sehat, cerdas, sejahtera, dan berkelanjutan bagi masyarakat NTT.