Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza terus memburuk akibat blokade yang diberlakukan oleh Israel. Menurut Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania, 14 warga lanjut usia Palestina meninggal karena kelaparan dan kekurangan gizi. Gelombang kematian diam-diam ini menjadi perhatian serius karena merenggut nyawa orang lanjut usia dan anak-anak di Jalur Gaza.
Observatorium tersebut mencatat bahwa blokade Israel telah menciptakan kondisi kehidupan mematikan di jalur Gaza, yang saat ini membuat 70 persen populasi berada di zona militer atau dalam perintah evakuasi. Kantor PBB Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyatakan krisis kemanusiaan yang terjadi di Gaza sebagai bencana yang berdampak pada seluruh lapisan masyarakat.
Sebagai respons, penyedia bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza bersiap untuk meningkatkan bantuan mereka begitu blokade dicabut. Jurubicara Kantor PBB Olga Cherevko menekankan pentingnya pembukaan penyeberangan dan pencabutan blokade demi mengakhiri penderitaan yang tak terlukiskan di Jalur Gaza. Selain itu, Pemerintah Kota Gaza juga telah mengimbau komunitas internasional dan organisasi kemanusiaan untuk turut campur mengakhiri bencana kemanusiaan yang sedang terjadi.
Upaya memperbaiki kondisi di Jalur Gaza semakin sulit karena sejak 2 Maret, Israel melarang masuknya semua bantuan, makanan, dan bantuan medis ke wilayah tersebut. Serangan terbaru dari Israel juga menewaskan 10 orang, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Koresponden melaporkan bahwa serangan-serangan itu menargetkan tenda pengungsi dan sekolah yang menampung pengungsi di wilayah tersebut. Di tengah kekacauan ini, warga Palestina terus menjadi korban dengan puluhan ribu yang tewas, terluka, atau hilang akibat perang yang dilancarkan Israel dengan dukungan AS.