Home Opini Strategi Membaca Kebutuhan Digital di Media Sosial

Strategi Membaca Kebutuhan Digital di Media Sosial

0

Media sosial saat ini telah menjadi tempat bagi individu untuk mendapatkan validasi sosial. Hal ini tercermin dari perilaku seseorang yang terus-menerus memeriksa Instagram pribadinya untuk melihat siapa yang telah melihat story, memberikan likes, dan komentar pada postingannya. Kebutuhan akan validasi sosial ini semakin berkembang di era digital, di mana media sosial bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga menjadi tempat bagi individu untuk menciptakan citra diri. Perilaku craving digital, yang merupakan dorongan kuat untuk mendapatkan perhatian dari interaksi atau stimulus digital, seperti scrolling, bermain game, atau mengecek notifikasi, juga semakin meluas. Bagi sebagian orang, media sosial menjadi pelarian dari rasa cemas, kesepian, atau stagnasi dalam kehidupan nyata.

Salah satu dampak negatif dari craving digital adalah terjadinya gangguan kesehatan mental yang semakin meningkat selama pandemi COVID-19. Isolasi sosial, ketidakpastian ekonomi global, dan lonjakan penggunaan media sosial telah memperluas kondisi ini. Sebagai individu, penting untuk membangun kesadaran terhadap perilaku digital pribadi. Menggunakan fitur-fitur seperti Digital Detox, membatasi waktu konsumsi media sosial, dan mengatur akun yang diikuti dengan bijak adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada media sosial.

Dari sudut pandang psikologi klasik, seperti Teori Psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, perilaku pengguna media sosial dapat dibagi menjadi tiga elemen utama yaitu id, ego, dan superego. Id mewakili dorongan naluriah untuk mencari kesenangan secara instan, sementara ego berusaha mengatur realitas dan menjaga logika. Superego menunjukkan rasa bersalah dan kecemasan dalam membandingkan diri dengan orang lain.

Perusahaan teknologi memanfaatkan emosi manusia untuk menciptakan pengalaman digital yang semakin dipersonalisasi namun juga manipulatif. Algoritma yang dirancang untuk menahan perhatian pengguna dengan memberi hadiah sosial secara acak menjadi dasar model bisnis media sosial. Penting bagi individu, komunitas, dan perusahaan untuk meningkatkan literasi digital dan membangun hubungan yang sehat dengan media sosial. Meskipun craving digital tidak dapat sepenuhnya disalahkan pada teknologi, kesadaran individu terhadap perilaku digital dapat membantu mengurangi dampak negatifnya.

Source link

Exit mobile version