Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Asrorun Ni’am Sholeh, menyerukan kepada seluruh elemen pemuda untuk menjadi pencetus kebersamaan dan persatuan pasca putusan MK. Untuk mencapai hal ini, ia menekankan pentingnya menghormati tahapan kepemiluan yang menghasilkan putusan tersebut.
“Putusan MK terkait Pemilu bersifat final dan mengikat. Kontestasi telah berakhir. Saatnya bersatu untuk membangun negara. Pemuda harus menjadi pelopor inisiatif persatuan dan rekonsiliasi. Kita tidak boleh membiarkan narasi kebencian dan provokasi mengganggu kesatuan nasional kita,” kata Ni’am saat membuka acara Pemuda Bicara di Jakarta.
Ni’am juga menegaskan pentingnya menjadikan putusan MK sebagai dasar untuk merespons dinamika politik dengan meninggalkan ego sektoral dan kepentingan kelompok demi kepentingan bangsa dan negara. Ia mengajak para pemuda untuk bersama-sama membangun kebersamaan dan persatuan demi percepatan pembangunan.
Dalam pemikirannya, Ni’am menekankan bahwa anak muda sebagai agen perubahan harus memanfaatkan literasi digital, kemampuan membangun kebersamaan, serta semangat saling memaafkan untuk memperkuat kohesi nasional. Ia juga menekankan bahwa meskipun tidak ada pemimpin yang sempurna, kita harus mendukung hasil optimal dari proses politik pemilihan umum yang telah menghasilkan pemimpin nasional terpilih.
Acara Pemuda Bicara ini dihadiri oleh berbagai elemen kepemudaan dan aktifis yang berkomitmen untuk mengedepankan narasi persatuan dan menghindari narasi yang memecah belah. Semangat membangun kebersamaan dan semangat untuk saling memaafkan harus terus dibangun, terutama di tengah situasi Idul Fitri, sebagai etos positif dalam mempercepat pembangunan.
