Casey Stoner mengungkapkan bahwa motor terbaik yang pernah dikendarainya di ajang MotoGP adalah Honda RCV pada musim 2012. Sementara motor yang membawanya meraih gelar juara pertama di kelas utama pada 2007 lalu, yakni Ducati, justru menjadi yang terburuk.
Tak diragukan lagi, Stoner merupakan salah satu pembalap berbakat yang pernah menghiasai dunia MotoGP. Buktinya, dia sukses menyumbangkan gelar perdana bagi Ducati di kejuaraan dunia balap motor paling bergengsi sejagad itu pada musim 2007 silam.
Kemudian, pembalap asal Australia tersebut meraih gelar juara MotoGP keduanya bersama Repsol Honda pada 2011 lalu. Pada musim 2012, ketika usianya masih 27 tahun, dia memutuskan untuk pensiun.
Dalam enam tahun kariernya di kelas utama, Stoner berhasil meraih dua titel, 38 kemenangan, 69 podium dan 39 pole position dengan total 1815 poin. Namanya pun selalu melekat di kalangan penggemar MotoGP sebagai salah satu rider terhebat yang pernah ada.
Namun, dalam kariernya yang cukup singkat itu, manakah motor terbaik yang pernah dikendarainya? Tanpa ragu dia menyebut kuda besi milik Honda pada MotoGP 2012, yang merupakan musim terakhirnya.
“Honda RCV 2012 sebelum Bridgestone mengganti ban, motor itu adalah yang terbaik yang pernah saya kendarai. Setelah beberapa balapan, ban berubah total dan memberi kami banyak masalah, kami tidak bisa menghentikan motor. Hampir sempurna karena pengeremannya bagus, traksi luar biasa, tikungan luar biasa, mesin mulus, keseimbangan luar biasa,” kata Stoner dilansir dari Motosan, Senin (8/4/2024).
Tak disangka-sangka, Stoner justru membeberkan motor Ducati yang membawanya menjadi juara MotoGP 2007 menjadi motor tersulit yang pernah dikendarainya. Dia harus benar-benar memaksanya hingga batas maksimal untuk bisa tampil kompetitif.
“Motor Ducati 2007 adalah yang tersulit. Semua orang berpikir bahwa karena saya kompetitif, motornya bekerja dengan baik, tapi Ducati lainnya tidak kemana-mana, bahkan menakutkan di waktu-waktu tertentu,” jelas pria yang kini berusia 38 tahun itu.
“Dalam banyak kesempatan saya tidak memperhatikan hubungannya dengan mesin, tarikan rantai menjadi bencana dan tidak ada akselerasi. Hal baiknya adalah stabilisasi pengereman dan kecepatannya pada gigi keempat, kelima, dan keenam, namun saya harus benar-benar mendorongnya hingga batasnya agar bisa kompetitif,” pungkasnya.