‘Republika.co.id, JAKARTA — Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Partai Gelora mengalami lonjakan suara yang signifikan dalam periode singkat berdasarkan hasil real count sementara KPU. Data real count raihan suara Pileg DPR RI didasarkan pada unggahan TPS ke aplikasi Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) KPU dan dipublikasikan di laman web pemilu2024.kpu.go.id.
Pada Senin (26/2/2023) pukul 06.00 WIB, PSI mendapatkan 2.001.493 suara atau 2,68 persen dari 530.776 TPS. Sementara itu, Gelora meraih 762.283 suara atau 1,02 persen. Kemudian, pada Sabtu (2/3/2023) pukul 13.00 WIB, PSI mengumpulkan 2.399.469 suara atau 3,13 persen dari 541.260 TPS, sedangkan Gelora mendapat 1.094.299 suara atau 1,43 persen.
Dalam enam hari terakhir, PSI menambah 397.976 suara atau 0,45 persen sementara Gelora naik 332.016 suara atau 0,41 persen. Kenaikan suara kedua partai tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan partai lain. PDIP, partai dengan suara terbanyak, hanya bertambah 262.441 suara dalam periode yang sama.
Berbagai partai ‘kecil’ seperti Perindo, Hanura, PBB, dan Ummat mengalami penurunan suara. Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, heran dengan lonjakan suara PSI yang tiba-tiba melebihi 3 persen. Quick count yang dilakukan oleh lembaganya sebelumnya hanya menunjukkan raihan suara PSI sebesar 2,81 persen.
Profesor Ilmu Politik UIN Jakarta, Burhanuddin Muhtadi, menyatakan bahwa lonjakan drastis suara PSI di Sirekap tidaklah normal. Dengan data masuk sebesar 64 persen dari total TPS, seharusnya perubahan raihan suara tidak akan signifikan seperti ini. Burhanuddin mengatakan bahwa biasanya dengan data masuk yang proporsional, suara partai tidak akan berubah secara dramatis dalam periode singkat.
Burhanuddin menyampaikan pendapatnya melalui akun Twitter yang telah terverifikasi.’)
