Motif penganiayaan hingga menimbulkan kematian Bintang Balqis Maulana (14), seorang santri asal Banyuwangi di Pondok Pesantren Tartilul Quran (PPTQ) Al-Hanifiyyah Kediri akhirnya terkuak. Para pelaku mengakui bahwa mereka memukuli Bintang karena kesal dengan ketidakpatuhan korban dalam hal sholat berjemaah.
Informasi tersebut diungkapkan oleh kuasa hukum keempat pelaku, Rini Puspitasari, yang mendampingi para pelaku selama pemeriksaan di Satreskrim Polres Kediri Kota. Menurut Rini, para pelaku dan korban tinggal bersama dalam satu kamar di pondok pesantren yang dipimpin oleh Fatihunada alias Gus Fatih. Dua pelaku pertama-tama mengetahui bahwa korban tidak melaksanakan sholat, dan mereka mencoba menasihatinya.
Awalnya, para pelaku mencoba menegur korban karena tidak melaksanakan sholat, namun tanggapan korban terhadap nasihat mereka tidak memuaskan. Hal ini membuat para pelaku kesal dan akhirnya memukuli korban dengan tangan kosong dan tamparan. Kejadian pertama ini terjadi pada Rabu, 21 Februari 2024.
Keesokan harinya, para pelaku mengetahui bahwa korban masih belum melaksanakan sholat jemaah, sehingga mereka meminta korban untuk sholat dan mandi terlebih dahulu. Namun, ketika korban keluar dari kamar mandi dalam keadaan telanjang, salah satu pelaku melihatnya. Korban kemudian kembali tidak menyambungkan jawabannya saat ditanya mengenai sholat, sehingga dia akhirnya kembali dipukul.
Pada malam harinya, para pelaku mencoba merawat luka-luka korban akibat pemukulan tersebut, namun mereka tidak membawa korban ke rumah sakit. Baru pada Jumat pagi, setelah korban terlihat semakin pucat, salah satu pelaku memutuskan untuk membawa korban ke rumah sakit, namun sayangnya korban sudah meninggal dunia.
Para pelaku kemudian ditangkap oleh Polres Kediri Kota dan dijadikan tersangka dalam kasus ini. Motif penganiayaan tersebut diduga karena kesalahpahaman, dan pihak kepolisian masih terus menyelidiki kasus ini untuk mengetahui penyebab kematian Bintang. Pondok pesantren tempat kejadian tersebut ternyata juga tidak memiliki izin resmi, menurut hasil investigasi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur di Kediri.