Direktur Pengembangan Kesehatan Rujukan Kemenkes, dr. Yanti Herman, MH.Kes, mengungkapkan bahwa Indonesia masih mengalami kekurangan stok darah nasional sekitar 900 ribu kantong setiap tahun. Kondisi ini menjadi tantangan utama dalam pelayanan darah di tanah air. Menurut dr. Yanti, kebutuhan darah di Indonesia mencapai sekitar 5,6 juta kantong per tahun dan untuk mengatasi kekurangan ini, Kemenkes mengirimkan surat kepada pemerintah daerah dan Palang Merah Indonesia (PMI) untuk lebih aktif dalam melaksanakan kegiatan donor darah.
Dalam acara talkshow berjudul “Tren Donor Darah di Indonesia: Tantangan dan Harapan” yang diadakan oleh PT Diastika Biotekindo Tbk, dr. Yanti berharap agar kegiatan donor darah tidak hanya dilakukan dalam acara Corporate Social Responsibility (CSR) saja. Ia juga menekankan pentingnya bagi rumah sakit yang dikelola langsung oleh Kemenkes untuk mewajibkan stafnya untuk menyumbangkan darah. Selain itu, dr. Yanti juga menyoroti rendahnya jumlah pendonor aktif di Indonesia, di mana rata-rata masing-masing orang hanya menyumbangkan satu kantong darah per tahun.
Kemenkes juga gencar dalam melakukan kampanye donor darah melalui media sosial dan mendorong rumah sakit untuk mewajibkan stafnya melakukan donor darah secara rutin. Salah satu tantangan lain yang dihadapi adalah distribusi darah yang tidak merata, serta minimnya fasilitas fraksionasi plasma dan ketergantungan pada impor obat berbasis darah. Diharapkan dengan adanya kesadaran dan partisipasi aktif dari masyarakat, masalah kekurangan stok darah di Indonesia dapat teratasi.