Haji bukan sekadar perjalanan fisik menuju Tanah Suci. Menurut Prof. Dr. Aswadi, M.Ag, seorang Konsultan Bimbingan Ibadah Haji Daker Madinah PPIH Arab Saudi 2025, haji adalah latihan spiritual, sosial, dan moral yang menyeluruh. Setiap langkah di tanah Arafah, Muzdalifah, dan Mina bukan sekadar ritual rutin, tetapi jejak-jejak perenungan yang mengantarkan pada inti kemanusiaan dan ketakwaan. Di Tanah Suci, semua umat Islam yang hadir adalah yang terpilih, oleh karena itu penting untuk menanamkan rasa syukur yang mendalam.
Prof. Aswadi juga mengingatkan para jemaah untuk menjaga kesehatan, akhlak, dan kehormatan diri. Dalam era digital saat ini, satu kesalahan kecil dapat dengan mudah menjadi viral dan mencoreng reputasi yang telah dibangun dengan baik. Oleh sebab itu, menciptakan kebaikan yang lebih besar daripada kesalahan adalah suatu keharusan. Haji bukan hanya perjalanan fisik semata, namun juga perjalanan spiritual yang membutuhkan kesiapan dan kedewasaan dalam ibadah.
Selain itu, Prof. Aswadi menekankan pentingnya niat, pakaian ihram, mandi sunnah, dan melarang tindakan-tindakan tertentu sebagai bentuk ketaatan dan disiplin spiritual. Petugas haji terbatas, oleh karena itu para jemaah perlu belajar mandiri dan tidak bergantung penuh pada petugas. Wukuf di Arafah dianggap sebagai inti dari ibadah haji, tempat untuk bermunajat, memohon ampunan, dan menjalankan ibadah dengan penuh keikhlasan.
Semoga Haji tahun ini menjadi momen kebangkitan moral umat Islam. Para jemaah diharapkan pulang tidak hanya sebagai hamba yang diampuni, tetapi juga sebagai insan yang siap menjadi cahaya bagi sekitarnya. Dengan keikhlasan, kesabaran, kedisiplinan, dan kepedulian yang dibawa dari haji, diharapkan para jemaah dapat menjadi agen perubahan yang membawa nilai-nilai rahmatan lil ‘alamin.