Puasa berkepanjangan atau prolonged fasting telah menjadi salah satu metode yang semakin populer dalam mendukung kesehatan metabolik dan menurunkan berat badan. Metode ini membutuhkan tubuh untuk bertahan tanpa asupan kalori selama berhari-hari berturut-turut, berbeda dengan intermittent fasting yang hanya menahan makan dalam waktu singkat. Meskipun terlihat ekstrem, prolonged fasting dapat memberikan berbagai manfaat bagi kesehatan tubuh, seperti meningkatkan proses perbaikan seluler, mengurangi peradangan tubuh, meningkatkan sensitivitas insulin, dan membantu penurunan berat badan.
Proses prolonged fasting umumnya dilakukan selama minimal dua hari hingga tujuh hari, dengan hanya mengonsumsi air atau cairan non-kalori lainnya. Metode ini menuntut ketahanan fisik dan mental yang kuat, serta membutuhkan proses kembali makan yang perlahan dan terkontrol setelah selesai berpuasa. Proses kembali makan yang tergesa-gesa dapat meningkatkan risiko refeeding syndrome, yaitu gangguan kesehatan akibat perubahan metabolisme yang mendadak.
Meskipun memiliki manfaat yang banyak, prolonged fasting tidak cocok untuk semua orang. Metode ini dapat menimbulkan efek samping seperti rasa lapar yang berat, tekanan darah rendah, kelelahan, hilangnya massa otot, dan gangguan elektrolit jika tidak dilakukan dengan benar. Secara umum, disarankan untuk melakukan prolonged fasting hanya 1-2 kali dalam sebulan untuk tetap aman dan sehat.
Sebelum mencoba prolonged fasting, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli kesehatan, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu. Metode ini perlu dilakukan dengan hati-hati dan tidak berlebihan agar manfaatnya dapat dirasakan secara optimal tanpa membahayakan kesehatan. Selain mengonsumsi air putih selama prolonged fasting, dapat pula meminum kopi hitam, teh hijau, atau air soda non-kalori untuk mengurangi rasa lapar dan dehidrasi.