Belakangan ini, media sosial khususnya TikTok, tengah menjadi sorotan karena maraknya tren komedi yang mengangkat isu kesenjangan sosial. Tren ini biasanya ditampilkan dalam video pendek yang memperlihatkan interaksi antara dua individu dengan latar belakang sosial yang berbeda. Penyampaian ditujukan secara santai, lucu, dan seringkali disisipi sindiran tentang realitas sosial. Di balik kekonyolan tersebut, pesan yang ingin disampaikan adalah bagaimana kesenjangan sosial dapat mempengaruhi interaksi sehari-hari. Fenomena ini menyadarkan kita bahwa perbedaan status sosial seringkali menciptakan hambatan dan membuat seseorang merasa rendah diri atau canggung.
Kesenjangan sosial sendiri diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai ketidakseimbangan atau perbedaan antar kelompok dalam masyarakat. Di Indonesia, persoalan kesenjangan sosial masih menjadi tantangan besar. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa gini ratio per September 2024 mengalami peningkatan, menunjukkan adanya ketimpangan pendapatan antar warga semakin melebar. Hal ini terutama terlihat di daerah perkotaan dengan gini ratio yang lebih tinggi dibandingkan pedesaan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum merata dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, seperti yang terlihat di Jakarta di mana masih banyak kawasan kumuh di tengah gedung-gedung pencakar langit.
Faktor-faktor seperti program bantuan yang tidak merata, pembangunan infrastruktur yang belum tersebar luas, hingga praktik korupsi ikut memperbesar kesenjangan sosial di Indonesia. Tingginya angka kemiskinan juga berkontribusi pada ketimpangan tersebut. Salah satu alasan mengapa tren komedi tentang kesenjangan sosial diminati adalah karena kedekatan pengalaman yang dirasakan oleh banyak orang. Tren ini memberikan pemahaman bahwa perbedaan gaya hidup dan status sosial memang ada di sekitar kita, bahkan di antara teman dekat atau pasangan sendiri. Meski disajikan secara humoris, pesan yang disampaikan dalam tren ini cukup dalam dan memberikan pemikiran baru bagi penonton.