Benjamin Netanyahu, sebagai Perdana Menteri Israel, menjadi sorotan utama dalam perang melawan kelompok perlawanan. Bersama koalisinya yang ekstremis, Netanyahu tampak agresif dalam upaya menguasai wilayah Israel dan Timur Tengah dengan menumpahkan darah di berbagai negara seperti Gaza, Tepi Barat, Lebanon, Suriah, dan Iran. Dalam pidatonya, Netanyahu selalu menekankan penghancuran Hamas sebagai prioritas, diikuti dengan upaya pembebasan sandera. Meskipun tidak menawarkan konsep baru, pidato-pidatonya cenderung diwarnai dengan serangan terhadap jurnalis dan para analis yang mengkritik kebijakannya.
Pada saat yang sama, ada peristiwa dramatis lain yang sekiranya akan terungkap melalui pernyataan tertulis oleh Kepala Badan Intelijen Umum, Ronen Bar, di pengadilan. Bar telah mengungkapkan bahwa pemberhentian dirinya oleh Netanyahu bukan karena kurangnya kepercayaan, melainkan karena penolakannya untuk melaksanakan layanan khusus yang bertentangan dengan tugasnya di bidang intelijen. Hal ini menunjukkan konflik internal yang berpotensi mencoreng reputasi Netanyahu, termasuk permintaannya untuk campur tangan dalam proses peradilan kasus korupsi yang melibatkan dirinya. Dengan demikian, kontroversi seputar Netanyahu tidak hanya terbatas pada aspek politik, tetapi juga menyoroti kehidupan pribadinya yang seringkali jadi perdebatan publik.