Perkembangan dunia digital yang dinamis telah mengubah peran media sosial menjadi ekosistem digital dengan berbagai kegunaan. Tidak hanya memengaruhi cara kita berkomunikasi, tetapi juga aspek kehidupan lainnya. Dari tren gaya hidup hingga belanja online, media sosial memainkan peran penting dalam memengaruhi keputusan dan perilaku konsumen. Mulai dari influencer hingga teman-teman, tren gaya hidup sering kali bermula dari media sosial dan menyebar luas. Dengan fungsi sebagai “etalase digital,” media sosial membantu pemasar mempromosikan produk secara efisien, mencapai berbagai level konsumen di berbagai lokasi, bahkan luar negeri.
Namun, bersamaan dengan manfaatnya, media sosial juga memicu perilaku impulsif konsumen. Konten yang didukung oleh testimonial positif, pengaruh influencer, dan iklan yang menarik, dapat menyebabkan “impulsive buying.” Konsumen sering kali tergoda untuk membeli produk yang sebenarnya tidak mereka butuhkan hanya karena terpengaruh oleh konten yang mereka lihat di media sosial. Selain itu, paparan konten komersial di media sosial dapat memicu kebutuhan sekunder yang tidak disadari oleh konsumen, karena media sosial mampu menciptakan keinginan yang kuat untuk memiliki sesuatu.
Kenyataan Cart abandonment menjadi cerminan perilaku konsumen digital yang cenderung impulsif. Kebiasaan scrolling tanpa henti di media sosial dan faktor psikologis konsumen mengarah pada keputusan untuk tidak melakukan pembelian meskipun sudah memasukkan barang ke keranjang belanja online. Tips-tips untuk memahami perilaku konsumen digital disarankan, seperti mengenal pola konsumsi digital, menerapkan aturan “Cooling Period,” dan membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Selain itu, konsumen perlu memahami peran media sosial dalam memantik keinginan, membangkitkan minat, namun pada akhirnya keputusan untuk berbelanja adalah tanggung jawab individu untuk berbelanja dengan bijak.