Instagram telah menjadi panggung raksasa dunia maya di mana jutaan unggahan berbagai jenis konten beredar setiap detik. Dari momen pribadi hingga tren viral, Instagram telah berkembang dari platform berbagi foto dan video menjadi wadah untuk pemasaran barang dan jasa. Para pemasar menilai keberhasilan mereka di Instagram dengan berbagai indikator seperti tingkat keterlibatan, jangkauan, pertumbuhan pengikut, tingkat konversi, dan lainnya.
Namun, di balik angka-angka pengukuran tersebut, sering kali ada yang terlupakan, yaitu pengguna pasif atau Silent Users. Meskipun tidak aktif secara langsung dengan memberikan reaksi atau interaksi, Silent Users tetap hadir di platform Instagram. Mereka cenderung hanya mengamati tanpa berkontribusi aktif seperti membagikan atau mengomentari konten. Bagi para pemasar, keberadaan Silent Users dapat memengaruhi metrik keterlibatan dan KPI.
Meskipun fenomena Silent Users tidak hanya terjadi di Instagram, namun juga dalam media tradisional. Mereka merupakan individu dengan minat dan preferensi tertentu yang aktif mengonsumsi informasi tanpa berinteraksi secara langsung. Perilaku konsumen, seperti yang dijelaskan oleh Michael R. Solomon, sangat dipengaruhi oleh konsep diri, keterlibatan, dan pengaruh sosial.
Untuk mengatasi fenomena Silent Users di Instagram, para pemasar dapat menggunakan berbagai strategi, seperti menciptakan konten yang mengundang partisipasi, mengoptimalkan Call to Action, menggunakan fitur interaktif Instagram, memberikan konten eksklusif, memperhatikan data dan pola konsumsi konten, serta membangun kredibilitas dan kepercayaan. Dengan memahami perilaku Silent Users, pemasar dapat meningkatkan interaksi dan keterlibatan pengguna secara efektif di Instagram.