Elon Musk, pendiri dan Chief Executive Officer Tesla, menentang kebijakan tarif impor Presiden Amerika Serikat Donald Trump, serta menyerang Penasihat Ekonomi Senior Trump, Peter Navarro. Meskipun Elon Musk memiliki peran penting dalam pemilihan Donald Trump sebagai Presiden AS, ia tidak setuju dengan kebijakan tarif impor tinggi yang diumumkan Trump pada 2 April 2025. Sebelum kebijakan tersebut diumumkan, Musk telah meramalkan bahwa Tesla akan terdampak oleh tarif impor tersebut, dengan dampak yang signifikan bagi perusahaan. Musk kemudian menyerang Peter Navarro melalui platform media sosialnya setelah Navarro menanggapi penentangan Musk terhadap kebijakan tarif Trump.
Peter Navarro, dalam sebuah wawancara dengan CNBC, merespons kritik dari Elon Musk terhadap kebijakan tarif Trump. Navarro menjelaskan bahwa dengan kebijakan tarif, komponen-komponen Tesla akan diproduksi di AS, menyebut Tesla sebagai perakit mobil listrik dan bukan produsen mobil listrik. Musk merespons kembali dengan menyebut Navarro ‘bodoh’ dan melabeli Navarro sebagai ‘Peter Retarrdo’. Musk mempertahankan bahwa Tesla merupakan pabrikan otomotif yang paling terintegrasi secara vertikal di AS, dengan persentase komponen lokal AS tertinggi.
Meskipun adu komentar antara Elon Musk dan Peter Navarro terjadi, Kabinet Trump melihatnya sebagai hal yang wajar. Gedung Putih mengakui perbedaan pandangan antara keduanya tentang perdagangan dan tarif. White House Press Secretary Karoline Leavitt menyatakan bahwa adu argumen antara keduanya merupakan bagian dari proses demokrasi, menunjukkan bahwa presiden mendengar beragam pendapat dari pihak yang berbeda.
