China, Iran, dan Rusia melaksanakan latihan angkatan laut bersama di Laut Timur Tengah. Latihan tersebut dinamai Sabuk Keamanan Maritim 2025 dan berlangsung di Teluk Oman dekat Selat Hormuz yang strategis. Wilayah ini sangat penting karena dilalui oleh seperlima dari total minyak mentah yang diperdagangkan di seluruh dunia. Iran menolak tekanan dari Amerika Serikat untuk bernegosiasi terkait program nuklir mereka.
Meskipun Presiden AS Donald Trump menyarankan Teheran untuk bernegosiasi melalui surat yang ia kirim, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menegaskan bahwa ia tidak akan melakukan negosiasi di bawah ancaman. Latihan tahun ini memicu peringatan adanya gangguan GPS di Selat Hormuz, menciptakan ketegangan sebelum latihan dimulai.
Kementerian Pertahanan Rusia dan China mengidentifikasi kapal-kapal yang terlibat dalam latihan ini. Sementara China dan Rusia tidak rutin melakukan patroli di Timur Tengah, kawasan tersebut tetap penting bagi pasokan energi global. Kedua negara memiliki kepentingan yang mendalam terhadap Iran.
Melalui latihan ini, Iran juga menunjukkan keberhasilan jaringan televisi milik pemerintah dalam menampilkan segmen latihan angkatan laut. Meskipun serangan langsung Israel telah mengganggu kestabilan di Iran, pemerintah tetap teguh dalam pendiriannya untuk tidak bernegosiasi di bawah tekanan AS. Donald Trump sendiri telah menegaskan kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran selama masa jabatannya.