Batik Batang, warisan budaya yang sudah berusia ratusan tahun, kini mengalami ancaman punah akibat menurunnya jumlah pembatik yang masih ada. Dari ribuan pembatik tulis Batang yang mulai berkembang sejak tahun 1859, saat ini hanya tersisa segelintir saja, dan kebanyakan di antaranya sudah tidak lagi muda. William Kwan, Direktur Institut Pluralisme Indonesia (IPI), mengungkapkan bahwa sejarah batik di Batang memiliki ciri khas yang sangat individual. Batik di wilayah ini bukan sekadar produk industri, melainkan merupakan karya seni yang membutuhkan keahlian khusus, terutama oleh perempuan zaman dulu.
Namun, dengan perkembangan teknologi dan gaya hidup modern, minat perempuan di Batang untuk membatik semakin menurun. Banyak dari mereka lebih memilih bidang lain karena pekerjaan sebagai pembatik dianggap kurang menjanjikan, terutama dalam hal kompensasi finansial. Beberapa pembatik bahkan hanya mendapatkan upah Rp 30 ribu per bulan, sebuah angka yang terbilang minim. Hal ini menimbulkan kekhawatiran atas regenerasi pembatik di Batang.
Hal tersebut memotivasi William, bersama Pemerintah Kabupaten Batang dan Konsorsium Pengusaha Peduli Sekolah Vokasi RI, untuk melakukan revitalisasi Batik Tulis Batang. Mereka mengumpulkan tujuh sekolah setingkat SLTA di Batang, seperti SMK, SMA, SLB, dan MAN, untuk mencari solusi atas masalah regenerasi pembatik yang menjadi ancaman bagi keberlangsungan Batik Tulis Batang. Usaha ini mendapat apresiasi dari pemerintah setempat, terutama Wakil Bupati Batang, Suyono, yang berharap program ini dapat menjadi motivasi bagi para generasi muda Batang untuk terus melestarikan tradisi pembatikan.
SMKN 1 Warungasem, dipilih sebagai salah satu lokasi untuk program revitalisasi SMK, karena fasilitas dan lingkungan pendidikan yang memadai. Pemilihan ini memungkinkan generasi muda di Batang untuk belajar dan menciptakan karya-karya baru dengan dukungan Teaching Factory (Tefa) Tata Busana, yang merupakan model pembelajaran inovatif di SMK tersebut. Langkah revitalisasi ini telah dimulai sejak tahun 2023 dan sudah memberikan hasil positif, terutama dalam mengasah kreativitas siswa dan mendukung pembelajaran yang lebih praktis.