Perubahan kurikulum dalam dunia pendidikan seringkali menjadi topik perdebatan. Sebagian orang merasa terbebani dengan seringnya perubahan kurikulum yang mengharuskan para guru untuk menyesuaikan diri. Namun, dengan hadirnya Kurikulum Merdeka sebagai upaya pemulihan proses pembelajaran pasca pandemi, ada potensi untuk meningkatkan fleksibilitas struktur kurikulum, fokus pada materi esensial, dan pemberian keleluasaan bagi guru dalam mengajar.
Kurikulum Merdeka juga menekankan pengembangan karakter melalui berbagai kompetensi seperti spiritual, moral, sosial, dan emosional murid. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian, juga turut memberi dorongan bagi implementasi Kurikulum Merdeka. Dengan adanya berbagai metode pengajaran yang lebih fleksibel, diharapkan para guru dapat meningkatkan kreativitas dan efektivitas dalam mengajar, sementara siswa dapat memperoleh transfer ilmu yang lebih maksimal.
Peran guru dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kurikulum sangatlah penting. Dukungan dari Kemendikbudristek dan para ahli pendidikan lainnya, seperti Ikatan Guru Indonesia dan Litara Foundation, juga diperlukan untuk menjaga kesinambungan dan keberhasilan implementasi Kurikulum Merdeka. Semua ini bertujuan untuk memastikan bahwa proses pembelajaran pasca pandemi dapat berjalan lancar dan memberikan dampak positif bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.