Dalam era Society 5.0, pendidikan memainkan peran penting dalam mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan dan peluang yang muncul dengan integrasi teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), big data, dan robotika. Kurikulum Merdeka Belajar, sebagai inisiatif pemerintah Indonesia, bertujuan untuk menciptakan sistem pendidikan yang adaptif dan inovatif untuk mencetak lulusan kompeten di era digital. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, menegaskan bahwa Kurikulum Merdeka Belajar merupakan fondasi bagi lingkungan belajar yang fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan zaman, dengan fokus pada keterampilan kritis, kreatif, dan adaptif di era Society 5.0.
Kurikulum Merdeka Belajar memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka melalui berbagai program seperti proyek mandiri, magang, dan pembelajaran di luar kelas. Hal ini sejalan dengan teori Multiple Intelligences Howard Gardner yang menekankan keragaman kecerdasan siswa. Integrasi teknologi dalam proses pembelajaran juga menjadi fokus utama, dengan tujuan menciptakan pengalaman belajar interaktif dan memperkuat keterampilan digital siswa di era digital.
Kurikulum Merdeka Belajar mendorong pembelajaran kolaboratif dan berkomunikasi melalui proyek kelompok, diskusi, dan kegiatan ekstrakurikuler. Selain itu, pentingnya literasi digital dan pemahaman teknologi juga ditekankan dalam kurikulum ini, bersama dengan pengembangan soft skills seperti kreativitas, berpikir kritis, dan pemecahan masalah.
Untuk mengatasi tantangan implementasi, seperti kesiapan infrastruktur sekolah dan perubahan paradigma pendidikan, dukungan dari semua pihak termasuk pemerintah, sekolah, guru, orang tua, industri, dan masyarakat sangat diperlukan. Kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta, peran orang tua dan masyarakat, serta pengembangan pendidikan vokasi yang terfokus adalah langkah penting dalam memberikan kesempatan yang relevan bagi siswa Indonesia di era Society 5.0.