Pemagaran laut di wilayah perairan Tangerang dan Bekasi telah menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan nelayan tradisional dan organisasi lingkungan. Pemagaran ini, yang belum diketahui siapa pelakunya, berdampak signifikan terhadap akses nelayan ke wilayah tangkap yang menjadi sumber utama penghidupan mereka. Direktur Program Kelautan & Perikanan WWF Indonesia, Imam Musthofa, menyatakan bahwa pemagaran laut dapat mengganggu pola pemanfaatan ruang laut oleh nelayan skala kecil. Hal ini dapat membatasi daerah tangkapan nelayan tradisional dan meningkatkan konsumsi bahan bakar yang akhirnya mempengaruhi pendapatan mereka.
Musthofa menekankan pentingnya kajian ilmiah mendalam untuk memahami dampak pemagaran ini terhadap ekosistem laut dan kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir. Sementara itu, Miftahul Khausar dari Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) menyoroti dampak negatif yang dirasakan nelayan akibat pemagaran. Ia menyatakan bahwa pemagaran laut menghilangkan akses ke wilayah tangkapan, memaksa nelayan mencari lokasi baru yang lebih jauh dan meningkatkan biaya operasional.
Menurut Miftahul, pemagaran dilakukan secara ilegal tanpa izin, mencerminkan upaya privatisasi laut yang mengancam keberlanjutan mata pencaharian nelayan tradisional. KNTI mendesak pemerintah untuk segera mengambil tindakan tegas terhadap pelaku dan menghentikan aktivitas pemagaran karena mengancam keamanan tenurial nelayan. Organisasi lingkungan berharap pemerintah dapat menyelesaikan masalah ini dan memastikan bahwa ruang laut tetap dapat diakses oleh nelayan tradisional.