Pada Selasa (7/1/2025), Pacific Palisades, Los Angeles, California dilanda kebakaran besar yang memicu kerugian yang diperkirakan mencapai Rp 1.000 triliun. Kebakaran ini menjadi salah satu kebakaran hutan terburuk dalam sejarah California, dengan tingkat kekeringan dan angin kencang yang memicu banyaknya kebakaran hutan di wilayah selatan negara bagian tersebut. Menurut Ken Clark dari AccuWeather, perkiraan awal kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan di California Selatan berkisar antara 52 miliar hingga 57 miliar dolar AS (sekitar Rp 843 triliun hingga Rp 923 triliun).
Kepala Meteorologi AccuWeather, Jonathan Porter, menyoroti bahwa kebakaran hebat ini memberikan dampak pada real estat termahal di negara ini, terutama di area dari Santa Monica hingga Malibu. Dampak dari kebakaran tersebut juga membawa risiko besar terhadap sektor pariwisata dan kesehatan karena asap yang dihirup dan kerusakan bangunan yang belum hancur.
Porter mengungkapkan bahwa proses pemulihan dari kebakaran ini akan memakan waktu yang panjang dan membutuhkan dukungan kolektif dari masyarakat dan pihak berwenang. Banyak penduduk di Pacific Palisades melaporkan bahwa tidak memiliki asuransi properti karena perusahaan asuransi sudah tidak lagi memberikan perlindungan di area yang berisiko dan mahal. Dalam konteks ini, perlu perhatian ekstra jika kebakaran terus merebak dan mengancam bangunan-bangunan yang mahal di lingkungan padat penduduk. Selain itu, perkiraan total kerugian ekonomi akibat kebakaran ini masih akan direvisi secara substansial mengingat kebakaran terus berlanjut dan dampaknya belum sepenuhnya terukur.
Dalam kondisi cuaca yang penuh tantangan ini, petugas pemadam kebakaran harus menghadapi angin kencang yang mencapai kecepatan 70-100 mph saat berupaya memadamkan api dan mengendalikan kebakaran. Situasi ini membuat kebakaran di Pacific Palisades menjadi bencana yang mengerikan dan membutuhkan penanganan serius untuk mengurangi kerugian lebih lanjut.