Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Dataran Tinggi Golan akan tetap menjadi bagian dari Israel ‘selamanya’, meskipun dataran tinggi tersebut telah diduduki oleh Israel selama hampir 60 tahun. Pernyataan ini disampaikan oleh Netanyahu sebagai respons terhadap kritik yang semakin meningkat terhadap pengambilalihan Israel terhadap zona penyangga yang sebelumnya didemiliterisasi di wilayah yang sebelumnya dikuasai Suriah. Netanyahu menegaskan bahwa kontrol Israel atas Dataran Tinggi Golan penting untuk memastikan keamanan dan kedaulatan negara tersebut.
Pada akhir pekan, Netanyahu memerintahkan pasukan Israel untuk bergerak ke zona penyangga yang dipatroli oleh PBB serta melakukan serangan udara terhadap wilayah Suriah yang dianggap sebagai depot senjata rezim. Tindakan ini diambil menyusul kemenangan pemberontak Suriah atas Bashar al-Assad. Namun, PBB menyatakan bahwa langkah tersebut melanggar perjanjian pelepasan diri tahun 1974 antara Israel dan Suriah.
Stéphane Dujarric, juru bicara sekretaris jenderal PBB, António Guterres, menekankan bahwa tidak boleh ada pasukan atau aktivitas militer di wilayah pemisahan, serta penting bagi Israel dan Suriah untuk menegakkan ketentuan perjanjian tahun 1974 demi menjaga stabilitas di Golan. Permasalahan ini terus menjadi sorotan internasional sebagai sengketa atas Dataran Tinggi Golan antara Israel dan Suriah.