TANGERANG – Honda mengaku akan mempertimbangkan potensi meluncurkan dan menjual mobil low cost green car (LCGC) bermesin hybrid, kalau memang ada insentif pemerintah untuk hal itu.
Isu LCGC hybrid muncul setelah Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (IMATAP) Kementerian Perindustrian Dodiet Prasetyo mengatakan beberapa waktu lalu kalau pihaknya ingin mendorong merek-merek yang bermain di segmen mobil murah tersebut untuk menghadirkannya.
Sales, Marketing, and Aftersales Director PT Honda Prospect Motor (HPM) Yusak Billy sendiri tidak menutup kemungkinan untuk mengabulkan permintaan tersebut. Akan tetapi, ini harus diikuti oleh adanya insentif tambahan dari pemerintah.
“Jadi, kalau diberikan suatu insentif tambahan, misalnya jika teknologinya (mobil LCGC) lebih tinggi, tentu kami akan mempertimbangkan itu ke depannya. Tujuannya supaya pasar tumbuh,” ujarnya di sela-sela Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) 2024 yang berlangsung pada 22 November-1 Desember 2024 di Serpong, Tangerang.
Honda menjadi satu dari tiga merek mobil tersisa di segmen LCGC yang sekarang dibebankan tarif Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) sebesar 3 persen saja. Dua lainnya ialah Toyota maupun Daihatsu.
Andalan dari merek mobil asal Jepang berlogo ‘H’ ini di segmen LCGC ialah Honda Brio Satya. Brio Satya plus Brio RS yang bermain di segmen non-LCGC bahkan menjadi kontributor utama bagi penjualan mobil Honda di Tanah Air.
Billy menerangkan kalau penjualan mobil-mobil LCGC punya kontribusi yang cukup signifikan terhadap pasar Indonesia yaitu di atas 20 persen. Di sisi lain, mayoritas konsumen LCGC ialah pembeli mobil pertama alias first time buyer.
“Itu tentunya bisa membuat pasar bertumbuh. Jadi, kalau aturan itu sudah ada atau keluar, tentunya kami akan serius untuk mempertimbangkannya, mempelajarinya,” pungkas dia.
Pemerintah Indonesia sendiri sedang bersiap memberikan insentif bagi mobil hybrid pada 2025, menurut keterangan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita usai membuka GJAW 2024.
Saat ini, pemerintah hanya royal memberikan insentif bagi mobil listrik murni (battery electric), sehingga membuat harga jualnya makin terjangkau, makin laris, dan memungkinkan untuk diproduksi secara lokal baik untuk pasar domestik atau pun ekspor. Mobil hybrid, di sisi lain, cuma diberikan keringanan PPnBM. [Xan]