Anggota Komisi IX DPR RI, Kris Dayanti mengkritik lambatnya pengungkapan kasus perundungan di lingkungan pendidikan kedokteran. Salah satunya adalah perundungan yang menyebabkan kematian dokter Aulia Risma Lestari, mahasiswa kedokteran PPDS anestesi Universitas Diponegoro (Undip).
Menurut Kris Dayanti, masalah bullying di lingkungan PPDS telah terjadi selama puluhan tahun tetapi baru-baru ini baru diungkap oleh Menteri Kesehatan sendiri. Kris Dayanti menunjukkan bahwa pengungkapan ini hanya terjadi setelah Menkes dijabat oleh bukan oleh seorang tokoh kesehatan. Dia menduga bahwa Menkes sebelumnya yang biasanya diisi oleh dokter enggan untuk mengungkap hal semacam ini.
Kris Dayanti juga menyesalkan kasus-kasus perundungan di rumah sakit besar vertikal yang berada di bawah Kemenkes seperti RSCM, RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, dan RS Kariadi Semarang. Dia mendorong Kemenkes untuk menghentikan mata rantai perundungan di lingkungan PPDS dan dunia medis lainnya.
Selain itu, Kris Dayanti juga mendorong Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk ikut bergerak dalam mengakhiri aksi perundungan di dunia kedokteran. Menurutnya, IDI harus memberikan dukungan agar dunia medis Indonesia bisa menjadi lebih sehat.
Kasus dugaan bullying yang berujung pada kematian dokter Aulia Risma Lestari terus diselidiki, dengan banyak tabir yang terbuka. Menurut Pelaksana Tugas Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi, hingga saat ini terdapat 542 laporan terkait perundungan atau bullying dokter yang masuk ke dalam data Kemenkes.
Nadia menjelaskan bahwa dari 1.500 laporan yang masuk, 540 di antaranya terkategori sebagai kasus perundungan yang sah. Dia juga menyoroti bahwa dari 542 kasus perundungan tersebut, 221 di antaranya terjadi di rumah sakit vertikal di bawah Kemenkes.