Tuesday, September 10, 2024

Selebrasi Gol ‘Salam Metal’ Merih Demiral Picu Ketegangan Turki-Jerman, Ini Penyebabnya

Share

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Selebrasi gol Merih Demiral ke gawang Austria pada babak 16 besar Euro 2024, Rabu (3/7/2024) lalu berbuntut panjang. UEFA mengumumkan membuka penyelidikan atas dugaan “perilaku tidak pantas” atas gesture bek Al Ahli ini. Demiral dianggap melanggar pasal 31 ayat 4 Regulasi Disiplin UEFA. UEFA menunjuk seorang inspektur untuk menyelidiki hal ini.

Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser menyebut gestur Demiral sebagai simbol rasisme. Ia mengutuk perayaan gol Demiral yang dianggap menggunakan sepak bola sebagai platform rasisme. “Ini sama sekali tidak dapat diterima,” kata Faeser dalam cuitannya di X, dikutip Anadolu, Kamis (4/7/2024).

Setelah mencetak gol kedua pada menit ke-59, Demiral mengatupkan jempol dengan jari tengah dan manisnya, membiarkan jari telunjuk dan kelingkingnya mengacung, mirip salam metal yang dikenal di Indonesia. Namun di Jerman, gestur tersebut dianggap sebagai “wolf salute” atau salam serigala, simbol kelompok ultranasionalis Turki Ulku Ocaklar, yang dikenal sebagai Grey Wolves atau Serigala Abu-abu.

Grey Wolves didirikan oleh Kolonel Alparslan Turkes pada akhir 1960-an, merupakan kelompok sayap pemuda dari Partai Gerakan Nasionalis (MHP) yang juga dibentuk oleh Alparslan. Grey Wolves menjadi terkenal selama kekerasan politik akhir 1970-an di Turki ketika para anggotanya terlibat dalam perang gerilya perkotaan dengan militan dan aktivis sayap kiri.

Grey Wolves dianggap bertanggung jawab atas sebagian besar kekerasan dan pembunuhan dalam periode ini, termasuk pembantaian pada Desember 1978 yang menewaskan lebih dari 100 orang dari kelompok Syiah.

Namun gestur Serigala Abu-Abu tercatat sudah digunakan oleh orang-orang Turki awal sebagai tanda kemenangan, bahkan sampai ditampilkan dalam motif dan patung dari abad keenam. Penggunaan gestur ini secara politis dipopulerkan kembali pada 1990-an oleh Kolonel Alparslan.

Meskipun gestur ini biasanya dikaitkan dengan MHP dan Grey Wolves, namun gesture ini juga digunakan oleh para politisi Turki di seluruh spektrum politik. Hal ini juga tidak terbatas pada Turki, karena salam ini digunakan oleh orang-orang Turki di seluruh dunia, seperti orang-orang Azerbaijan di Azerbaijan Iran, untuk menunjukkan bahwa mereka adalah orang Turki.

Austria melarang salam ini pada 2019. Membuat gerakan tersebut dapat dihukum dengan denda hingga sekitar Rp 70 juta sebagai bagian dari dorongan yang lebih luas untuk melarang simbol-simbol “organisasi ekstremis”, dikutip dari Washington Post.

Prancis juga melarang kelompok tersebut pada tahun 2020. Juru bicara pemerintah pada saat itu menuduh kelompok ini melakukan tindakan “sangat kejam”. Namun gerakan ini tidak dilarang di Jerman yang memiliki kelompok Wolfsgruss yang terkait dengan Grey Wolves. Wolfgruss masyhur di negeri tuan rumah Euro 2024 tersebut.

Source link

Baca Lainnya

Semua Berita